Mentalqinkan orang yang akan mati

thumbnail-cadangan

Dalam menjenguk orang sakit, apabila ternyata yang sakit itu sudah amat berat dan telah mendekati ajalnya, agama mensyari'atkan untuk mentalqinkannya, yaitu menuntunnya agar mengingat Allah dengan membaca "Laa ilaaha illaallooh" (Tiada Tuhan selain Allah). Cara menuntunnya dengan lemah lembut dan pelan-pelan, tidak tergesa- gesa, supaya tidak menimbulkan perasaan tidak senang bagi orang yang sakit tersebut.

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Talqinkanlah orang-orang yang akan mati diantara kalian dengan kalimat laa ilaaha illallooh”. [HR. Muslim juz 2, hal. 631, no. 1]

Dari Mu'adz bin Jabal, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapannya itu laa ilaaha illallooh, maka ia masuk surga". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 190, no. 3116]

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Talqinkanlah orang-orang yang akan mati diantara kalian dengan kalimat laa ilaaha illallooh”, karena barangsiapa yang akhir ucapannya laa ilaaha illallooh ketika akan mati, ia masuk surga, satu hari itu (lebih bermanfaat) daripada sepanjang hidupnya, meskipun sebelumnya ia telah melakukan perbuatan apa saja. [HR. Ibnu Hibban juz 7, hal. 272, no. 3004]

Keterangan : Dari hadits-hadits di atas jelaslah bahwa perintah agama untuk mentalqinkan itu adalah ketika seseorang mendekati ajalnya, bukan di atas qubur setelah mayyit itu diqubur. Adapun membacakan surat Yaasiin kepada orang yang akan meninggal dunia, memang ada riwayat/haditsnya, tetapi hadits-hadits tersebut tidak ada yang sah. Diantara hadits-hadits itu sebagai berikut :

Dari Ma’qil bin Yasaar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Surat Yaasiin, bacakanlah di sisi orang yang akan meninggal diantara kalian”. [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 1, hal. 753, no. 2074]

Keterangan : Hadits-hadits tersebut dla'if, karena di dalam sanadnya ada perawi bernama Abu ‘Utsman dari bapaknya, mereka itu majhul.

Dari Ummu Salamah, ia berkata : Rasulullah SAW mendatangi jenazah Abu Salamah (yang baru saja meninggal), sedang kedua matanya masih terbuka, maka Rasulullah SAW mengatupkan kedua matanya dan bersabda, "Sesungguhnya ruuh itu apabila diambil diikuti oleh pandangan". Kemudian para keluarganya menjerit, maka sabdanya pula, "Janganlah kalian mendo'akan untuk diri kalian kecuali yang baik, karena sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan". Kemudian beliau mendo’akan, "Ya Allah, berilah ampunan untuk Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya diantara orang-orang yang mendapat petunjuk, berilah dia ganti dalam keturunannya (dengan yang lebih baik), ampunilah kami dan dia Ya Allah Tuhan semesta alam, lapangkanlah quburnya dan terangilah dia di dalamnya". [HR. Muslim juz 2, hal. 634, no. 7]

Dari Syaddad bin Aus, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian datang kepada orang yang (baru saja) meninggal diantara kalian, maka pejamkanlah matanya. Karena sesungguhnya pandangan mata itu mengikuti ruuhnya. Dan ucapkanlah ucapan yang baik, karena sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang diucapkan oleh keluarganya". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 467, no. 1455]

Dari Syaddad bin Aus, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian datang kepada orang yang (baru saja) meninggal diantara kalian, maka pejamkanlah matanya. Karena sesungguhnya pandangan mata itu mengikuti ruuhnya. Dan ucapkanlah ucapan yang baik, karena sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang diucapkan oleh keluarganya". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 467, no. 1455]

Keterangan : Dari hadits diatas menunjukkan bahwa dianjurkan menutupkan kedua mata si mayyit bila masih dalam keadaan terbuka, dan supaya memohonkan ampun dan kebaikan bagi mayyit serta keluarga yang ditinggalkannya.

Permohonan ampun dan kebaikan ini, khusus kalau mayyit tersebut adalah orang Islam dan bagi keluarga yang beragama Islam. Sedang apabila mayyit itu bukan orang Islam, tidak boleh dimohonkan ampun, namun tetap disantuni dan dirawat sebagaimana mestinya.

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوْٓا اُولِيْ قُرْبٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ

mā kāna lin-nabiyyi wallażīna āmanū ay yastagfirụ lil-musyrikīna walau kānū ulī qurbā mim ba'di mā tabayyana lahum annahum aṣ-ḥābul-jaḥīm

"Tidak patut bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun mereka itu keluarga yang dekat, setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam". [QS. At-Taubah 113]

Dari Ali (bin Abu Thalib) AS, ia berkata : Saya pernah berkata kepada Nabi SAW, “Sesungguhnya pamanmu yang tua dan sesat itu (Abu Thalib) telah meninggal dunia". Maka Rasulullah SAW bersabda, “Pergilah kamu, quburkanlah bapakmu, dan jangan berbuat apa-apa sampai engkau datang lagi kepadaku". (‘Ali berkata), “Maka akupun pergi menguburnya. Kemudian aku datang kepada Nabi SAW, lalu beliau menyuruhku mandi, maka akupun mandi, kemudian beliau mendo'akan aku". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 214, no. 3214]

Dari Aisyah RA istri Nabi SAW, bahwasanya Rasulullah SAW ketika wafat beliau ditutup dengan selimut buatan Yaman". [HR. Bukhari juz 7, hal. 41]

Show comments
 

Catatan

Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]